Selasa, 16 Maret 2010

3.000 Ogoh-ogoh Diarak pada Malam Pengerupukan

Senin, 15 Maret 2010 | 02:45 WIB

Pemuda Banjar Tegal Sari, Denpasar, membuat ogoh-ogoh dua pemain sepak bola dunia, Ronaldinho dan Gianluigi Buffon, Minggu (14/3). Ogoh-ogoh yang akan diarak pada malam hari raya Nyepi itu adalah sindiran terhadap prestasi sepak bola nasional yang semakin terpuruk.

Denpasar - Sekitar 3.000 ogoh-ogoh akan diarak di Pulau Bali pada malam pengerupukan atau malam sebelum hari raya Nyepi Tahun Baru Saka, Senin (15/3). Prosesi arakan-arakan patung raksasa perwujudan Bhuta Kala itu akan dikawal 2.432 polisi dan ribuan petugas pengamanan desa atau pecalang di seluruh Bali.

Humas Pemerintah Kota Denpasar Erwin Suryadharma, Minggu (14/3), jumlah ogoh-ogoh yang diarak di wilayah Kota Denpasar sebanyak 387 buah, belum termasuk yang dibuat secara swadaya oleh anak-anak dan pemuda di setiap banjar. Setelah diarak, ogoh-ogoh itu akhirnya akan dibakar sebagai perwujudan pengusiran roh jahat.

Kepala Kepolisian Daerah Bali Inspektur Jenderal Sutisna menyatakan, peningkatan pengamanan pada malam pengerupukan diperlukan karena adanya konsentrasi massa di sepanjang jalan di Pulau Bali. Hal itu meningkatkan kerawanan terjadinya gesekan di jalan.

Seperti biasanya, sejumlah pintu masuk ke Bali, seperti Bandara Ngurah Rai (Badung), Pelabuhan Benoa (Denpasar), Pelabuhan Gilimanuk (Jembrana), Pelabuhan Padangbai (Karangasem), dan Pelabuhan Celukan Bawang (Singaraja), akan ditutup pada hari raya Nyepi. Ini terkait dengan dilakukannya Catur Barata atau Yoga Samadhi, yakni pantang menyalakan api, menghentikan aktivitas kerja, pantang menghibur diri, dan pantang bepergian.

General Manager PT Angkasa Pura I Ngurah Rai Heru Legowo mengatakan, penutupan bandara berlangsung 24 jam terhitung mulai Selasa pukul 06.00.

Sementara itu, kemarin, ribuan umat Hindu mengikuti upacara Melasti di Pantai Salira, Kecamatan Pulo Ampel, Kota Cilegon, Provinsi Banten. Sejak sekitar pukul 08.00, umat Hindu dari sejumlah wilayah di Banten sudah berdatangan ke lokasi.

Sebagian dari mereka datang berombongan menggunakan bus, tetapi ada pula yang naik kendaraan pribadi. Mereka, antara lain, datang dari Serang, Cilegon, dan Tangerang. Sebagian besar menggunakan pakaian adat dengan warna dominan putih.

Kesemarakan prosesi yang diiringi tetabuhan rancak turut menarik minat banyak warga sekitar guna menyaksikan rangkaian upacara Melasti itu.

Label: , , , , , , , , ,

Pawai "Ogoh-ogoh" Juga Digelar di Monas

Senin, 15 Maret 2010 | 21:40 WIB

Umat Hindu mengarak ogoh-ogoh pada peringatan Nyepi Tahun Baru Saka 1932 di Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Senin (15/3/2010). Peringatan tersebut diisi dengan kirab budaya yang menampilkan ogoh-ogoh, pajegan bunga dan buah, barongsai, dan ondel-ondel.

JAKARTA — Perayaan menyambut Nyepi dengan pawai ogoh-ogoh tidak hanya ramai di Bali, tetapi juga digelar di Monumen Naisonal (Monas) Jakarta, Senin (15/3/2010) malam. Bahkan, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menghadiri pelepasan pawai ogoh-ogoh dalam rangka malam Tahun Baru Saka 1932 di Monumen Nasional (Monas) Jakarta itu.

"Pawai
ogoh-ogoh yang diadakan di Monumen Nasional ini sebagai bentuk kepedulian pemerintah dan seluruh warga Kota Jakarta dalam berpartisipasi pada perayaan Tahun Baru Saka 1932," ujar Fauzi Bowo. Ia menjamin pada tahun-tahun berikutnya umat Hindu dapat memusatkan pawaiogoh-ogoh di pelataran Monas ini.

Fauzi juga menyatakan agar umat Hindu setelah merayakan Catur Brata Penyepian dapat mengendalikan hawa nafsu, mengintrospeksi diri, dan menjadi manusia yang lebih berkualitas di tahun-tahun berikutnya. Pawai
ogoh-ogoh yang diadakan pada rangkaian ritual upacara Tawur Kesanga ini terdiri dari 11 ogoh-ogoh dari beberapa pura yang ada di sekitar wilayah Jakarta.

Setelah dilakukan pelepasan oleh Gubernur, 11
ogoh-ogoh atau patung raksasa yang melambangkan kejahatan ini akan berkeliling di pelataran Monas. "Ogoh-ogoh ini hanya berkeliling Monas, dan tidak dibakar seperti pawai ogoh-ogoh di Bali karena tidak ada tempat yang memungkinkan untuk membakarnya, dan dikhawatirkan akan mengganggu lingkungan," ujar Sekretaris Pelaksana Acara, AA Gede Asmara.

Dalam acara pawai
ogoh-ogoh ini tidak hanya diikuti oleh ratusan umat Hindu yang berada di Jakarta dan sekitarnya, tetapi juga pengunjung Monas yang tertarik untuk menyaksikan acara yang diadakan dalam rangka merayakan Nyepi ini.

Label: , , , , , , , ,

Pawai "Ogoh-ogoh" Meriahkan Malam Nyepi di Bali

Senin, 15 Maret 2010 | 20:00 WIB

Ogoh-ogoh buatan warga Banjar Lantang Bejuh, Desa Sesetan, Denpasar ini siap diarak pada malam Nyepi.

DENPASAR — Ribuan ogoh-ogoh yang tersebar di seluruh wilayah Bali, Senin (15/3/2010) malam ini, diarak keliling desa hingga kota sebagai salah satu tradisi menyambut perayaan Nyepi dan Tahun Baru Caka 1932. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa turut ambil bagian mengangkat boneka raksasa yang beratnya mencapai ratusan kilogram tersebut.

Bermacam-macam
ogoh-ogoh kreasi warga, di antaranya buta kala atau setan, tokoh-tokoh pewayangan maupun ogoh-ogoh unik, seperti karakter komik hingga pemain sepak bola, juga turut memeriahkan malam Nyepi ini.

"
Ogoh-ogoh sendiri adalah lambang sifat jahat manusia yang pada malam pengerupukan kita arak dan dibakar untuk menghilangkan sifat jahat tersebut sebelum tapa brata penyepian," ujar Wayan Candra, tokoh adat.

Pawai
ogoh-ogoh ini menjadi hiburan tersendiri bagi warga Bali ataupun wisatawan yang mulai sore tadi sudah memadati persimpangan jalan yang akan dilewati oleh arak-arakan ogoh-ogoh. "Di daerah lain mungkin juga ada ogoh-ogohseperti di Prambanan, tapi kalau di Bali lebih meriah, suasananya dapet," ujar Beni, seorang mahasiswa yang menyaksikan pawai ogoh-ogoh di Jalan Raya Sesetan Denpasar.

Setelah diarak keliling desa dan kota, pada tengah malam nanti
ogoh-ogoh tersebut dibakar sebagai simbol pemusnahan sifat buruk dalam diri manusia sebelum menjalankan catur bratapenyepian besok.

Label: , , , , , , ,

Nyepi Bebaskan Bali dari Polusi

Selasa, 16 Maret 2010 | 06:56 WIB


DENPASAR — Pelaksanaan Catur Brata penyepian yang dilakukan umat Hindu di Bali sehari penuh sejak Selasa (15/3/2010) mulai pukul 06.00 Wita ternyata membawa dampak positif bagi kehidupan. Salah satu tuntunan dari Catur Brata penyepian, yakni amati lelungan atau tidak bepergian, berhasil mengurangi emisi yang sangat besar, khususnya dari kendaraan bermotor.

"Sebanyak 20.000 ton emisi berhasil dikurangi setiap hari raya Nyepi di Bali,” ujar Herni Frilia Hastuti, aktivis lingkungan Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Bali.

Selain memberikan penyegaran pada lingkungan, pengurangan emisi yang cukup signifikan ke depannya dapat mengurangi dampak buruk gas rumah kaca dan membantu memperkecil pemanasan global.

Para aktivis lingkungan di Bali kini mulai menyerukan kepada dunia untuk mengikuti konsep Nyepi demi menyelamatkan Bumi dari dampak buruk pemanasan global. Setelah pertemuan konferensi lingkungan hidup internasional UNFCCC tahun 2007, gabungan LSM di Bali menelurkan gagasan menyelenggarakan World Silent Day setahun sekali, tepatnya pada 21 Maret.

"Inspirasi World Silent Day ini muncul dari kearifan budaya lokal Bali, yakni perayaan Nyepi yang dilakukan setahun sekali,” ujar Herni Frilia.

Bentuk keseriusan para aktivis lingkungan Bali ini untuk menularkan konsep Nyepi ke dunia internasional, yakni dengan berusaha mengumpulkan 10 juta tanda tangan agar dapat disahkan PBB sebagai hari internasional.

Label: , , , , , ,

 

Berita Terkini



Map Visitor

Time in Our Country
Your Ad Here